Tony Tony Chopper Text Select

WELCOME

SELAMAT DATANG DI BLOG DESI SETIOWATI


PEMBAHASAN
A. Sumber sejarah
Sejarah sebagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau, dapat diungkap kembali oleh para ahli sejarah berdasarkan sumber-sumber sejarah yang dapat ditemukan. Meskipun demikian, tidak semua peristiwa masa lampau dapat diungkap secara lengkap karena terbatasnya sumber sejarah. Dalam penulisan sejarah, peran atau keberadaan sumber sejarah menjadi sesuatu yang tidak bisa diabaikan. Sumber sejarah merupakan bahan utama yang dipakai untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan subjek sejarah. Untuk memperolehnya seseorang dapat memanfaatkan museum, perpustakaan, arsip nasional, arsip daerah sebagai tempat untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan subjek sejarah yang akan ditulis.

Menuru pendapat para ahli
a.R. Moh Ali
Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejarah Indonesia sejak zaman Purba sampai sekarang.
b.Zidi Gozalba
Sumber sejarah adalah warisan yang berbentuk lisan, tertulis, dan visual.
c.Muh yamin
sumber sejarah adalah kumpulan benda kebudayaan untuk membuktikan sejarah.
Dapat disimpulkan bahwa sumber sejarah adalah segala warisan kebudayaan yang berbentuk lisan, tertulis, visual serta daapat digunakan untuk mencari kebenaaran, baik yang terdapat di Indonesia maupun di luar wilayah Indonesia sejak zaman Prasejarah sampai sekarang.

B. Sumber-sumber sejarah dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Sumber tertulis (dokumen)
Keterangan dalam bentuk laporan tertulis yang memuat fakta-fakta sejarah secara jelas. Biasanya terdapat dalm buku harian, arsip notule, resolusi, naskah perjanjian dll. contohnya pada peristiwa arsip nasional kerajaan belan menyimpan dokumen selama dengan konfilk belanda.
2. Sumber lisan (Oral)
Merupakan sumber tradisional, cerita sejarah yang hidup ditengah masyarakat, diceritakan dari mulut kemulut. Dapat dialkukan dengan wawancara.
3. Benda peninggalan (artefak)
Segala keterangan yang dapat diperoleh dari benda-benda tertentu atau benda peninggalan yang sering disebut benda purbakala/kuno. Contohnya letkol Soeharato pada tahun 19940. Membangun gerobak keris, baju abdi dalem dll, hal ini membuktikan kekuasaan soeharto saat itu.
4. Sumber kuantitatif (perhitungan)
Biasanya digunakan untuk meneliti perokonomian saat itu. Contohnya, pada masa yogya sedang menghadapi penduduk belanda, harga beras, ketela dll. Hal ini membuktikan secara kuantitatif dapat diperhitungkan beberapa persedian beras untuk kota dll.

C. Ditinjau dari wujudnya, secara umum sumber sejarah dibedakan menjadi dua, yaitu, sumber primer dan sumber sekunder.
1.Sumber primer
Yaitu sumber yang berkaitan langsung dengan peristiwa yang diceritakan. Atau saksi dengan mata kepala sendiri bisa juga saksi panca indra yang lain, dan alat-alat yang canggih(tape, recorder,photo,kamer dll), terlibat langsung. Sumber primer ini dapat berupa kesaksian langsung dari pelaku sejarah (sumber lisan), dokumen-dokumen, naskah perjanjian, arsip (sumber tertulis), dan benda atau bangunan sejarah atau benda-benda arkeologi (sumber benda).

2.Sumber sekunder
Yaitu kesaksian dari siapa pun yang bukan merupakan saksi pandangan mata, yakni orang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Disamping berupa kesaksian dari orang yang tidak terlibat langsung dalam peristiwa sejarah, yang termasuk dalam sumber sekunder lainnya adalah buku-buku tangan kedua dari penulis sejarah lain.
D.Bukti Sejarah
1. Bukti tertulis
Bukti tertulis mirip dengan sumber tertulis pada sumber sejarah yang memuat fakta-fakta sejarah secara jelas, berwujud benda yang kongkret.seperti benda-benda yang ada atau peninggalan.
2. Bukti tidak tertulis
Bukti tidak tertulis mengandung unsur-unsur sejarah. bukti tidak tertulis dapat berupa cerita atau tradisi.
E.Beberapa tempat untuk mencari sumber-sumber sejarah:
• Museum: tempat untuk menyimpan benda-bendakuno untuk bahan-bahan yang tidak terdapat dalam buku bahan bersifat arkeologis, epigrafis, dan numistis.
• Perpustakaan: tempat untuk menyimpan dan bacaan buku-buku usaha mendapatkan keterangan mengenai subyek sejarah juga keterangan emnjadi pengarah.
• Arsip Negara: tempat menyimpan dokumen-dokumen resmi
• Arsip: tempat menyimpan informasi subyek sejarah misalnya dokumen pribadi antiquary, kantor-kantor pemerintah, perusahaan dan sbg.
D. Kritik sumber (vertivikasi,otentitas, valliditas)
Dokumen disebut terpecaya jika setelah dilakukan uji ulang hasilnya sama. Otentitas sumber bukan hanya berlaku bagi dokumen tetappai juga berlaku bagi sumber-sumber lainnya. Keaslian ini biasanya diburu oleh peneliti sajarah atas otentitas dan valid tidaknya factor dalam dan luar.
E. Sumber-sumber sejarah dapat dibantu dengan ilmu lain seperti, ilmu purbakala (arkeologi), ilmu tulisan kuno (paleografi), ilmu hitung waktu (kronologi), ilmu mata uang (numismatik), ilmu keturunan(genelogi) dll. Ilmu social yang perlu dipelajari seperti, geografi, antropologi, ekonomi, hokum dan sbg.



Pengertian Akulturasi:
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian
menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya (Harsoyo).
“Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha dengan Kebudayaan Indonesia
Budaya Nusantara sebelum Islam datang
Sebelum Islam masuk ke bumi Nusantara, sudah terdapat banyak suku bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, sosial dan budaya di Nusantara yang berkembang. Semua itu tidak terlepas dari pengaruh sebelumnya, yaitu kebudayaan nenek moyang (animisme dan dinamisme), dan Hindu Budha yang berkembang lebih dulu daripada Islam.
Seperti halnya kondisi masyarakat daerah pesisir pada waktu itu, bisa dikatakan lebih maju daripada daerah lainnya. Terutama pesisir daerah pelabuhan. Alasannya karena daerah pesisir ini digunakan sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan. Penduduk pesisir tekena percampuran budaya (akulturasi) dengan pedagang asing yang singgah. Secara tidak langsung, dalam perdagangan yang dilakukan antara keduanya, mereka menjadi mengerti kebudayaan pedagang asing. Pedagang asing ini seperti pedagang dari Arab, Persia, China, India dan Eropa.
Berbeda dengan daerah pedalaman yang lebih tertutup (konservatif) dari budaya luar. Sehingga mereka lebih condong pada kebudayaan nenek moyang mereka dan sulit menerima kebudayaan dari luar. Awalnya Islam masuk dari pesisir kemudian menuju daerah pedalaman. Masuknya Islam masih sudah terdapat kerajaan-kerajaan bercorak Hindu Budha yang masih eksis, diantaranya adalah kerajaan Majapahit dan kerajaan Sriwijaya. Selain itu terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang tidak tersentuh oleh pengaruh Hindu dari India. Kerajaan-kerajaan di Sulawesi misalnya Gowa, Wajo, Bone dan lainnya. Kerajaan-kerajaan di Sulawesi tidak menunjukkan adanya pengaruh Hindu. Contohnya dalam penguburan pada masyarakat Gowa masih berdasarkan tradisi nenek moyang, yaitu dilengkapi dengan bekal kubur.
Hindu Budha lebih dulu masuk di Nusantara daripada Islam. Islam masuk ke Nusantara bisa dengan mudah dan lebih mudah diterima masyarakat pada waktu itu dengan berbagai alasan. Pertama, situasi politik dan ekonomi kerajaan Hindu, Sriwijaya dan Majapahit yang mengalami kemunduran. Hal ini juga disebabkan karena perluasan China di Asia Tenggara, termasuk Nusantara.
budha

 Penyebab akulturasi budaya Nusantara dengan nilai-nilai Islam

Akibat dari kemunduran situasi politik. adipati-adipati pesisir yang meklakukan perdagangan dengan pedagang muslim. Dan akhirnya mereka menjadi penerima Agama Islam. Situasi politik seperti itu mempengaruhi masuknya Islam ke Nusantara lebih mudah. Karena kekacauan politik, mengakibatkan kacauan pada budaya dan tradisi masyarakat. Kedua, kekacauan budaya ini digunakan oleh mubaligh-mubaligh dan pedagang muslim yang sudah mukim untuk menjalin hubungan yang lebih dekat. Yaitu melalui perkawinan. Akibatnya pada awal Islam di Nusantara sudah ada keturunan arab atau India. Misalnya di Surakarta terdapat perkampungan Arab, tepatnya di para Kliwon (kampung Arab).
Setelah masuknya Islam di Nusantara, terbukti budaya dan ajaran islam mulai berkembang. Hal ini tidak bisa terlepas dari peran Mubaligh-mubaligh dan peran Walisongo di Jawa. Bukti bahwa ajaran islam sudah dikerjakan masyarakat Nusantara. Di kota-kota besar dan kecil yang sudah islam, terdapat bangunan-banguna masjid yang digunakan untuk berjamaah. Hal itu merupakan bukti budaya yang telah berkembang di nusantara.
Kesejahteraan dan kedamaian tersebut dimantapkan secara sosio-religius dengan ikatan perkawinan yang membuat tradisi Islam Timur Tengah menyatu dengan tradisi Nusantara atau Jawa. Akulturasi budaya ini tidak mungkin terelakkan setelah terbentuknya keluarga muslim yang merupakan nucleus komunitas muslim dan selanjutnya memainkan peranan yang sangat besar dalam penyebaran Islam. Akulturasi budaya ini semakin menemukan momentumnya saat para pedagang ini menyunting keluarga elit pemerintahan atau keluarga kerajaan yang berimplikasi pada pewarisan “kekuatan politik” di kemudian hari.
peta
Tiga daerah asal para pedagang tersebut dari Arab (Mekah-Mesir), Gujarat (India), dan Persia (Iran) tersebut menambah varian akulturasi budaya Islam Nusantara semakin plural. Hal ini bisa dirujuk adanya gelar sultan al-Malik bagi raja kesultanan Samudra Pasai. Gelar ini mirip dengan gelar sultan-sultan Mesir yang memegang madzhab syafi’iah, gaya batu nisan menunjukkan pengaruh budaya India, sedangkan tradisi syuroan menunjukkan pengaruh budaya Iran atau Persia yang syi’ah. Budaya Islam Nusantara memiliki warna pelangi.
Di saat para pedagang dan kemunitas muslim sedang hangat memberikan sapaan sosiologis terhadap komunitas Nusantara dan mendapatkan respon yang cukup besar sehingga memiliki dampak politik yang semakin kuat, di Jawa kerajaan Majapahit pada abad ke-14 mengalami kemunduran dengan ditandai candra sangkala, sirna ilang kertaning bumi (1400/1478 M) yang selanjutnya runtuh karena perang saudara. Setelah Majapahit runtuh daerah-daerah pantai seperti Tuban, Gresik, Panarukan, Demak, Pati, Yuwana, Jepara, dan Kudus
mendeklarasikan kemerdekaannya kemudian semakin bertambah kokoh dan makmur.
Dengan basis pesantren daerah-daerah pesisir ini kemudian mendaulat Raden Fatah yang diakui sebagai putra keturunan Raja Majapahit menjadi sultan kesultanan Demak yang pertama. Demak sebagai “simbol kekuatan politik” hasil akulturasi budaya lokal dan Islam menunjukkan dari perkawinan antara pedagang Muslim dengan masyarakat lokal sekaligus melanjutkan “warisan” kerajaan Majapahit yang dibangun di atas tradisi budaya Hindu-Budhis yang kuat sehingga peradaban yang berkembang terasa bau mistik panteistiknya dan mendapat tempat yang penting dalam kehidupan keagamaan Islam Jawa sejak abad ke 15 dan 16. Hal ini bisa ditemukan dalam karya sastra Jawa yang menunjukkan dimensi spiritual mistik yang kuat.
Islam yang telah berinteraksi dengan budaya Arab, India, dan Persia dimatangkan kembali dengan budaya Nusantara yang animis-dinamis dan Hindu-Budhis. Jika ditarik pada wilayah lokal Jawa masyarakat muslim Jawa menjadi cukup mengakar dengan budaya Jawa Islam yang memiliki kemampuan yang kenyal (elastis) terhadap pengaruh luar sekaligus masyarakat yang mampu mengkreasi berbagai budaya lama dalam bentuk baru yang labih halus dan berkualitas.
Asimilasi budaya dan akomodasi pada akhirnya menghasilkan berbagai varian keislaman yang disebut dengan Islam lokal yang berbeda dengan Islam dalam great tradition. Fenomena demikian bagi sebagian pengamat memandangnya sebagai penyimpangan terhadap kemurnian Islam dan dianggapnya sebagai Islam sinkretis. Meskipun demikian, banyak peneliti yang memberikan apresiasi positif dengan menganggap bahwa setiap bentuk artikulasi Islam di suatu wilayah akan berbeda dengan artikulasi Islam di wilayah lain.
Untuk itu gejala ini merupakan bentuk kreasi umat dalam memahami dan menerjemahkan Islam sesuai dengan budaya mereka sendiri sekaligus akan memberikan kontribusi untuk memperkaya mozaik budaya Islam. Proses penerjemahan ajaran Islam dalam budaya lokal memiliki ragam varian seperti ritual suluk bagi masyarakat Minangkabau yang mengikuti tarekat Naqsyabandiyyah, sekaten di Jogjakarta, lebaran di Indonesia, dan lain sebagainya.
Persinggungan Islam di Jawa dengan budaya kejawen dan lingkungan budaya istana (Majapahit) mengolah unsur-unsur hinduisme dan budaya pedesaan (wong cilik) yang tetap hidup meskipun lambat laun penyebaran dan tradisi keislaman semakin jelas hasilnya. Budaya Islam masih sulit diterima dan menembus lingkungan budaya Jawa istana yang telah canggih dan halus itu.
Penolakan raja Majapahit tidak terhadap agama baru, membuat Islam tidak mudah masuk lingkungan istana. Untuk itu para dai agama Islam lebih menekankan kegiatan dakwahnya dalam lingkungan masyarakat pedesaan, terutama daerah pesisiran dan diterima secara penuh oleh masyarakat pedesaan sebagai peningkatan budaya intelektual mereka. Dalam kerja sosial dan dakwahnya, para Wali Songo juga merespon cukup kuat terhadap sikap akomodatif terhadap budaya tersebut. Di antara mereka yang sering disebut adalah Sunan Kalijaga.
kalijaga
Demoralisasi yang terjadi di Jawa karena perang saudara tersebut, kalangan muslim, lewat beberapa tokohnya seperti Sunan Kalijaga mampu menampilkan sosok yang serba damai dan rukun. Jawa sebagai negeri pertanian yang amat produktif, damai, dan tenang. Sikap akomodatif yang dilakukan oleh para dai ini melahirkan kedamaian dan pada gilirannya menumbuhkan simpati bagi masyarakat Jawa. Selain karena proses akulturasi budaya akomodatif tersebut, menurut Ibnu Kholdun, juga karena kondisi geografis seperti kesuburan dan iklim atau cuaca yang sejuk dan nyaman yang berpengaruh juga terhadap perilaku penduduknya. Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Syahrastani, dalam al-Milal wa al-Nihal yang menyebutkan ada pengaruh posisi atau letak geografis dan suku bangsa terhadap pembentukan watak atau karakter penduduknya.
Faktor fisiologis mempengaruhi watak psikologis dan sosialnya. Begitu juga letak geografis, tingkat kesuburan, dan kesejukan pulau Jawa akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku dan bersikap. Siapapun yang ingin sukses di Jawa ia harus memperhatikan karakteristik ini sehingga strategi dan pendekatan yang digunakan bisa berjalan dengan baik dan efektif.
Akulturasi dan adaptasi keislaman orang Jawa yang didominasi keyakinan campuran mistik konsep Hindu-Budha disebut kejawen atau juga dinamakan agama Jawi. Sementara penyebaran Islam melalui pondok pesantren khususnya di daerah pesisir utara belum mampu menghilangkan semua unsur mistik sehingga tradisi Islam kejawen tersebut masih bertahan. Pemeluk kejawen dalam melakukan berbagai aktivitasnya dipengaruhi oleh keyakinan, konsep pandangan, dan nilai-nilai budaya yang berbeda dengan para santri yang mengenyam pendidikan Islam lebih murni.
Pengaruh nilai-nilai Islam dalam budaya Nusantara

Sejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima akomodasi budaya. Karena Islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan Islam dengan budaya, paling tidak ada dua hal yang perlu diperjelas: Islam sebagai konsespsi sosial budaya, dan Islam sebagai realitas budaya. Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli sering disebut dengan great tradition (tradisi besar), sedangkan Islam sebagai realitas budaya disebut dengan little tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi local) atau juga Islamicate, bidang-bidang yang “Islamik”, yang dipengaruhi Islam.
Tradisi besar (Islam) adalah doktrin-doktrin original Islam yang permanen, atau setidak-tidaknya merupakan interpretasi yang melekat ketat pada ajaran dasar. Dalam ruang yang lebih kecil doktrin ini tercakup dalam konsepsi keimanan dan syariah-hukum Islam yang menjadi inspirasi pola pikir dan pola bertindak umat Islam. Tradisi-tradisi ini seringkali juga disebut dengan center (pusat) yang dikontraskan dengan peri-feri (pinggiran).
Tradisi kecil (tradisi local, Islamicate) adalah realm of influence- kawasan-kawasan yang berada di bawah pengaruh Islam (great tradition). Tradisi local ini mencakup unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian budaya yang meliputi konsep atau norma, aktivitas serta tindakan manusia, dan berupa karya-karya yang dihasilkan masyarakat.
Dalam istilah lain proses akulturasi antara Islam dan Budaya local ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang membawa pengaruh budayanya. Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara lain: mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar; mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asli; dan memiliki kemampuan mengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan budaya selanjutnya.
Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia, ajaran Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam sebagai agama sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Di sisi lain budaya-budaya local yang ada di masyarakat, tidak otomatis hilang dengan kehadiran Islam. Budaya-budaya local ini sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna-warna Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan “akulturasi budaya”, antara budaya local dan Islam.
Budaya-budaya local yang kemudian berakulturasi dengan Islam antara lain acara slametan (3,7,40,100, dan 1000 hari) di kalangan suku Jawa. Tingkeban (nujuh Hari). Dalam bidang seni, juga dijumpai proses akulturasi seperti dalam kesenian wayang di Jawa. Wayang merupakan kesenian tradisional suku Jawa yang berasal dari agama Hindu India. Proses Islamisasi tidak menghapuskan kesenian ini, melainkan justru memperkayanya, yaitu memberikan warna nilai-nilai Islam di dalamnya.tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga di dalam bidang-bidang lain di dalam masyarakat Jawa. Dengan kata lain kedatangan Islam di nusantara dalam taraf-taraf tertentu memberikan andil yang cukup besar dalam pengembangan budaya local.
Pada sisi lain, secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material dapat dilihat misalnya: bentuk masjid Agung Banten yang beratap tumpang, berbatu tebal, bertiang saka, dan sebagainya benar-benar menunjukkan ciri-ciri arsitektur local. Sementara esensi Islam terletak pada “ruh” fungsi masjidnya. Demikian juga dua jenis pintu gerbang bentar dan paduraksa sebagai ambang masuk masjid di Keraton Kaibon. Namun sebaliknya, “wajah asing” pun tampak sangat jelas di kompleks Masjid Agung Banten, yakni melalui pendirian bangunan Tiamah dikaitkan dengan arsitektur buronan Portugis,Lucazs Cardeel, dan pendirian menara berbentuk mercu suar dihubungkan dengan nama seorang Cina: Cek-ban Cut.
Dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana diceritakan dalam Babad Banten, Banten kemudian berkembang menjadi sebuah kota. Kraton Banten sendiri dilengkapi dengan struktur-struktur yang mencirikan prototype kraton yang bercorak Islam di Jawa, sebagaimana di Cirebon, Yogyakarta dan Surakarta. Ibukota Kerajaan Banten dan Cirebon kemudian berperan sebagai pusat kegiatan perdagangan internasional dengan ciri-ciri metropolitan di mana penduduk kota tidak hanya terdiri dari penduduk setempat, tetapi juga terdapat perkampungan-perkampunan orang-orang asing, antara lain Pakoja, Pecinan, dan kampung untuk orang Eropa seperti Inggris, Perancis dan sebagainya.
Dalam bidang kerukunan, Islam di daerah Banten pada masa lalu tetap memberikan perlakuan yang sama terhadap umat beragama lain. Para penguasa muslim di Banten misalnya telah memperlihatkan sikap toleransi yang besar kepada penganut agama lain. Misalnya dengan mengizinkan pendirian vihara dan gereja di sekitar pemukiman Cina dan Eropa. Bahkan adanya resimen non-muslim yang ikut mengawal penguasa Banten. Penghargaan atau perlakuan yang baik tanpa membeda-bedakan latar belakang agama oleh penguasa dan masyarakat Banten terhadap umat beragama lain pada masa itu, juga dapat dilisaksikan di kawasan-kawasan lain di nusantara, terutama dalam aspek perdagangan. Penguasa Islam di berbagai belahan nusantara telah menjalin hubungan dagang dengan bangsa Cina, India dan lain sebagainya sekalipun di antara mereka berbeda keyakinan.
Aspek akulturasi budaya local dengan Islam juga dapat dilihat dalam budaya Sunda adalah dalam bidang seni vokal yang disebut seni beluk. Dalam seni beluk sering dibacakan jenis cirita (wawacan) tentang ketauladanan dan sikap keagamaan yang tinggi dari si tokoh. Seringkali wawacan dari seni beluk ini berasal dari unsur budaya local pra-Islam kemudian dipadukan dengan unsur Islam seperti pada wawacan Ugin yang mengisahkan manusia yang memiliki kualitas kepribadian yang tinggi. Seni beluk kini biasa disajikan pada acara-acara selamatan atau tasyakuran, misalnya memperingati kelahiran bayi ke-4- hari (cukuran), upacara selamatan syukuran lainnnya seperti kehamilan ke-7 bulan (nujuh bulan atau tingkeban), khitanan, selesai panen padi dan peringatan hari-hari besar nasional.
Akulturasi Islam dengan budaya-budaya local nusantara sebagaimana yang terjadi di Jawa didapati juga di daerah-daearah lain di luar Jawa, seperti Sumatera Barat, Aceh, Makasar, Kalimantan, Sumatera Utara, dan daerah-daerah lainnya. Khusus di daerah Sumatera Utara, proses akulurasi ini antara lain dapat dilihat dalam acara-acara seperti upah-upah, tepung tawar, dan Marpangir.


Ada hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang mengajak untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat masih bermain dengan ceria menikmati masa kecil. Ketika hari itu datang, manusia pun kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali tahun-tahun yang telah dilaluinya di dunia. Ya, hari itu disebut dengan hari ulang tahun.
Nah sekarang, pertanyaan yang hendak kita cari tahu jawabannya adalah: bagaimana sikap yang Islami menghadapi hari ulang tahun?
Jika hari ulang tahun dihadapi dengan melakukan perayaan, baik berupa acara pesta, atau makan besar, atau syukuran, dan semacamnya maka kita bagi dalam dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama, perayaan tersebut dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada doa-doa atau bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau juga dengan ritual seperti mandi kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa namun dengan keyakinan hal tersebut sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah. Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama, karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]
Perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa, karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)
Kemungkinan kedua, perayaan ulang tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied, misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka Islam pun memiliki Ied sendiri. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا
Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim]
Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
من تشبه بقوم فهو منهم
Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]
Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. Bahkan Allah Ta’ala menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati (Ibaadurrahman) salah satunya,
والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما
Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila melewatinya ia berjalan dengan wibawa” [QS. Al Furqan: 72]
Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di atas adalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan adakan di masa Jahiliyah.
Jika ada yang berkata “Ada masalah apa dengan perayaan kaum musyrikin? Toh tidak berbahaya jika kita mengikutinya”. Jawabnya, seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak disembah, sepatutnya ia membenci setiap penyembahan kepada selain Allah dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan tradisi mereka, ini tercakup dalam ayat,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]
Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahllah- menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.
Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id]
Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah: tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.
Wallahu’alam.
Sumber: http://www.almanhaj.or.id/content/1584/slash/0 dan http://www.saaid.net/Doat/alarbi/6.htm
Penulis: Yulian Purnama
Artikel www.muslim.or.id

Manfaat daun sirih merah, Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan.
Khasiat daun sirih sudah dipercaya dari zaman nenek moyang kita untuk kesehatan, dan penelitian baru-baru ini menunjukkan manfaat yang dimilikinya terutama daun sirih merah memang benar apa adanya. Ciri khas tanaman tropis ini adalah berbatang bulat hijau keunguan dan tidak berbunga. Permukaan daun sirih merah mengkilap dan tidak merata serta sebagai produksi the merah bertangai membentuk jantung hati dan bagian atasnya meruncing.
Daun sirih ini memiliki banyak sekali manfaat dan khasiat. Terutama manfaat untuk kesehatan dan kecantikan. Beberapa kandungan yang terdapat pada minyak atsiri yang dihasilkan oleh daun sirih adalah minyak terbang (betiephenol), seskuiterpen, pati, diastase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, aktioksidasi dan fungisida, anti jamur.
Penelitian terhadap tanaman sirih merah sampai saat iini masih kurang terutama dalam pengembangan sebagai bahan baku untuk bio-farmaka. Selama ini pemamfaatan sirih merah di masyarakat hanya berdasarkan pengalaman yang dilakukan secara turun-temurun dari orang tua kepada anak atau saudara terdekat secara lisan. Di Jawa, terutama di Kraton Yogyakarta, tanaman sirih merah ini telah dikonsumsi sejak dahulu untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Selain itu tanaman sirih merah mempunyai manfaat menyembuhkan penyakit ambeien, keputihan dan bisa digunakan sebagai obat kumur, karena alkaloid di dalam sirih merah inilah yang berfungsi sebagai anti mikroba.
Khasiat daun sirih merah ini digunakan untuk mengurangi keputihan dan menjaga organ kewanitaan, karena salah satu khasiat dari daun sirih merah adalah sebagai antiseptic. Yaitu dengan merebus 7-10 lembar daun sirih merah, lalu menggunakan air rebusan untuk membilas organ kewanitaan. Dan khasiat lainnya seperti obat tradisional untuk mengatasi penyakit seperti kencing manis, kanker, asam urat, hepatitis, kelelahan, maagh, dan masih banyak lagi. Air rebusannya yang mengandung antiseptic digunakan untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan menyembuhkan penyakit keputihan serta bau tak sedap.
Bahkan khasiat dari daun sirih merah ini sudah benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat secara turun-temurun oleh masyarakat Yogyakarta. selain itu menurut keyakinan orang Jawa, daun sirih merah ini juga mampu mengobati berbagai jenis penyakit lainnya seperti ambeien, sebagai anti mikroba dan sering juga digunakan sebagai obat kumur untuk membunuh bakteri-bakteri yang ada di dalam mulut kita. Untuk mengkonsumsi daun sirih merah ini sangatlah mudah, dengan merebus daun sirih merah ini dan sisakann airnya sampai satu gelas dan kemudian meminumnya secara rutin. Itulah beberapa manfaat dan khasiat daun sirih merah yang sangat membantu menyembuhkan berbagai penyakit dan baik untuk kesehatan tubuh kita. Meskipun yang diseduh cuma satu lembar daun, namun pahitnya pol tenan dan warnanya menjadi hitam, karena saya juga sudah pernah meminumnya.
Sirih merupakan salah satu jenis daun yang kaya akan khasiat dan manfaat untuk kesehatan tubuh kita. itu dikarenakan zat-zat yang terkandung di dalam sirih ini merupakan beberapa zat yang memang dibutuhkan oleh tubuh kita untuk menghindari berbagai penyakit. Sejak dulu memang sirih merupakan salah satu tanaman yang memang sering dimanfaatkan untuk mengobati berbagai jenis penyakit.
Selain bersifat antiseptic, sirih merah juga bisa dipakai untuk mengobati penyakit diabetes, dengan meminum air rebusan sirih merah setiap hari akan menurunkan kadar gula darah sampai pada tingkat yang normal.
Nah dibawah ini adalah beberapa khasiat daun sirih merah serta cara meracik daun sirih merah untuk pengobatan.
Kandungan Kimia Yang Terdapat Dalam Daun Sirih Merah
Para ahli pengobatan tradisional telah banyak menggunakan tanaman sirih merah oleh karena mempunyai kandungan kimia yang penting untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid. Dari buku ”A review of natural product and plants as potensial antidiabetic” dilaporkan bahwa senyawa alko-koloid dan flavonoid memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah.
Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah minyak atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allylprokatekol, karvakrol, eugenol, p-cymene, cineole, caryofelen, kadimen estragol, ter-penena, dan fenil propada. Karena banyaknya kandungan zat/ senyawa kimia bermanfaat inilah, daun sirih merah memiliki manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat.Eugenol dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan tanin dapat digunakan untuk mengobati sakit perut.
Daun Sirih Merah Untuk Pengobatan Penyakit Diabetes
Petik tiga lembar daun sirih merah setengah tua dan daun keenam atau ketujuh dari pucuk. Cuci bersih semua daun, kemudian iris kecil-kecil. Rebus dengan air sebanyak tiga gelas (600 ml) sampai mendidih dan tersisa 1,5 gelas. Minum sehari tiga kali sebelum makan, sekali minum setengah gelas.
Dengan ramuan tanaman obat lain.
Ambil tiga lembar sirih merah ukuran sedang, 40 gram kulit kayu gayam yang sudah dibersihkan bagian luarnya, dan 30 gram kulit kayu jamblang kering. Bahan-bahan ini diseduh dengan 2 gelas (400 ml) air hingga mendidih dan tersisa 1 gelas. Saring, minum sehari dua kali tiap pagi dan sore hari sebelum makan. Sekali minum setengah gelas.
Untuk mendapatkan manfaat daun sirih merah untuk jerawat hendaknya dilakukan dengan rutin dan juga disertai dengan menjaga kebersihan wajah. Cara penggunaannya adalah:
Sediakan daun sirih merah sebanyak 10 lembar, cuci hingga bersih, kemudian tumbuk halus. Campurkan daun sirih merah yang sudah halus dengan air panas. Tunggu beberapa saat sampai airnya menjadi hangat dan gunakan untuk mencuci muka. Lakukan hal ini sebanyak 2 kali sehari. Anda akan melihat bahwa jerawat Anda menghilang dengan pemakaian teratur
Selain menggunakannya sebagai bahan pencuci muka, Anda juga bisa mengkonsumsinya unutk mendukung penyembuhan jerawat dari dalam tubuh. Sediakan 12 lembar daun sirih merah dan sepotong jahe yang sudah dikupas dan dicuci bersih. Seduh kedua bahan tersebut dengan air mendidih. Minumlah setelah dingin sebanyak 3 kali sehari. Selain bagus untuk menghilangkan jerawat, ramuan ini juga baik untuk menghilangkan bintk hitam di wajah.
Cara Meramu Daun sirih merah untuk obat batuk
Untuk bisa menggunakan daun sirih merah dengan benar dan memperoleh manfaat daun sirih merah untuk batuk, cobalah ikuti langkah berikut ini. Langkah ini bisa anda lakukan bagi anda yang sudah terlanjur terserang penyakit batuk atau bagi anda yang belum terserang namun ingin melakukan pencegahan terhadapnya. Pertama adalah siapkan daun sirih merah sebanyak sepuluh lembar saja. Kemudian cuci daun tersebut hingga bersih. Setelah selesai dicuci, rendamlah daun tersebut dalam cairan alcohol 70% dan tunggu selama kurang lebih 30 menit. Ini perlu anda lakukan supaya bakteri yang ada didalamnya bisa segera mati.
Setelah itu anda bisa merebus daun sirih merah itu kedalam air sebanyak 800 ml dan kemudian tambahkan gula sebanyak 100 gram jika anda menginginkan. Rebus daun sirih merah dan gula tersebut sampai mendidih dan setelah selesai tuangkan ramuan ini kedalam gelas.
Minumlah ramuan herbal yang berasal dari daun sirih merah ini setiap hari dan rasakanlah manfaatnya bagi tubuh anda. Jika ingin memperoleh manfaat daun sirih merah untuk batuk 100%, pastikan anda meminum ramuan ini tiga kali sehari dan harus rutin. Biasanya paling cepat batuk yang anda derita akan langsung sembuh dalam kurun waktu 3 hari dan paling lama dalam waktu seminggu. Cukup menarik bukan untuk dicoba agar bisa mengatasi batuk anda yang menyiksa.
Meracik Ramuan manfaat daun sirih merah untuk kecantikan
Ada dua cara untuk meracik ramuan ini dan mendapatkan manfaat daun sirih merah untuk kecantikan.
  • Pertama adalah dengan diminum; yang harus anda lakukan adalah merebus 3 sampai 5 lembar daun sirih merah sampai masak. Kemudian hasil rebusan tadi anda masukan kedalam gelas dan minumlah secara rutin setiap hari. Dengan demikian, kecantikan yang anda miliki akan senantiasa terjaga dan anda tidak perlu lagi memakain kosmetik atau bahan kimia lainnya untuk memberikan perlindungan pada kulit cantik anda. Ada lagi cara lainnya selain diminum, yaitu dengan cara dioleskan pada kulit.
  • Kedua, anda harus menyiapakan dua lembar daun sirih merah yang kemudian harus anda tumbuk dengan air hingga merata. Setelah itu oleskan saja daun sirih merah itu ke bagian muka anda untuk memperoleh manfaat daun sirih merah untuk kecantikan. Biasanya banyak wanita yang menganggab bahwa pancaran kecantikan bisa diperoleh dari bagian wajah, maka jangan ragu untuk mengoleskan daun sirih merah yang telah anda tumbuk ini ke muka anda. Setelah itu bilas dengan air dan selesai. Anda telah memperoleh wajah yang cantik dan juga bersih. Kecantikan yang alami inilah yang akan memberikan anda daya tarik tersendiri.


Judul: Manusia Setengah Salmon
Penulis: Raditya Dika
Penerbit: GagasMedia (Cetakan ketiga, 2011)
Tebal: viii+264 halaman

Pertama, agak ngga yakin kalau ini memang buku Raditya Dika, walaupun cover-nya udah sangat meyakinkan,

IMO, biasanya cover-cover buku Dika itu pasti nge-jreng, norak, dan ramai banget. Cover kali ini, menurutku, memang norak abis. Tapi ngga rame, ngga seperti buku yang sebelum-sebellumnya.
Tapi, setelah aku cari-cari resensi buku ini di google, yah... sedikit mendapat pencerahan, rupanya memanglah ini bukunya. Hehe..

Didalam buku ini, terdapat 19 bab yang rata-rata bercerita tentang kejadian-kejadian dalam hidup Raditya Dika. Mulai dari pindah rumah, pindah hubungan keluarga, sampai pindah hati. Di buku ini ada juga observasi ngawur, dan humor-humor singkat Raditya Dika.


[Warning! Jika kamu belum membaca buku ini dan merencanakan untuk membelinya. Hati-hati membaca bagian selanjutnya, karena mengandung spoiler!]

Buku ini menurutku, 50%-nya humor dan 50%-nya penggalauan.
Kocak? Memang masih ada kocak-kocaknya sih, sempat ngakak beberapa kali juga. Tapi, malah sempat buat aku merenung beberapa kali.
Mungkin, karena Raditya Dika sudah menyadari bahwa dia bertambah dewasa atau tua. Jadi, tulisannya pun semakin menuju kedewasaan. Apalagi, bab 'Manusia Setengah Salmon' yang juga merupakan judul buku ini. Rupanya judulnya bukan sekedar buat lucu, tapi lebih ke arah perenungan. Mau tak mau aku dibuat merenung juga.

"Ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue gak perlu menjadi manusia super. Gue hanya perlu menjadi manusia setengah salmon: berani pindah."

Ada beberapa bab yang aku pikir ngga penting, tapi dimasukkin ke buku ini. Seperti bab 'Akibat Bertanya Ke Orang Yang Salah Tentang Ujian', bab itu kumpulan-kumpulan tweet @radityadika yang menjawab pertanyaan para followers-nya tentang UN. Bab yang berisi wawancara dengan hantu juga, tapi lumayan buat sekedar lucu-lucuan. Dan, apa itu bab yang semuanya berisi tentang penggalauan? beli buku ini bukan buat pengen galau loh! ><

Bab 'Bakar Saja Keteknya', entah kenapa aku kurang suka. Mungkin, karena aku rasa Dika agak menjelek-jelekkan orang.

Walaupun begitu, masih ada yang bagus dari buku ini, cuma bab-bab diatas aja yang aku rasa kurang suka. Aku suka dengan bab 'Kasih Ibu Sepanjang Belanda'. Di bab itu, buat aku ketawa sekaligus merenung juga (lagi-lagi). Apalagi ada quote begini:

"Sesungguhnya, terlalu perhatiannya orangtua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita terima."
Ada juga bab yang berisi, analisis Dika tentang JOMBLO. Jenis-jenis jomblo yang ada di masyarakat, serta bagaimana cara melepaskan diri dari status jomblo dengan cara pemasaran (marketing). Walau agak ngawur, tapi aku rasa ada benar juga analisis Raditya Dika. :p
Selain itu, ada juga comicstrip yang diselipkan di beberapa bab.

Oke, aku akan memberi beberapa quote bagus yang ada di buku ini.
"Ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya."
"Inilah sesungguhnya tujuan dari PDKT: agar kita bisa membedakan orang yang kita mau dan orang yang kita butuhkan."
Jadi, bagi yang merasa fans-nya Raditya Dika, silahkan beli. Buat yang bukan juga boleh. Dapat humornya, dapat juga renungannya :p.
Sebenarnya, ragu antara kasih bintang antara 3.5 atau 4... Tapi ya sudah. Digenapkan saja deh.
Bintang empat dari lima untuk buku ini.

"Bagi gue, rumah adalah dia. Karena dia adalah tempat gue pulang. Karena, orang terbaik buat kita itu seperti rumah yang sempurna. Sesuatu yang bisa mekindungi kita dari gelap, hujan, dan menawarkan kenyamanan."